[ADS] Top Ads

Yuk, Cegah Stunting Untuk Masa Depan Bangsa yang Lebih Baik


cr: www.flickr.com/photos/knibonline/6875475197


Anak-anak adalah harapan masa depan yang akan membawa Indonesia menjadi lebih maju dan lebih baik. Merekalah yang akan meneruskan cita-cita luhur bangsa Indonesia. Namun sayangnya masih ada beberapa masalah serius yang harus dibenahi secepat mungkin. Salah satunya adalah stunting. Istilah stunting memang agak asing didengar untuk beberapa orang, padahal ini termasuk masalah yang serius dan harus segera ditangani. Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan yang mengakibatkan tubuh lebih pendek daripada teman seusianya. Hal ini bisa terjadi karena anak mengalami gizi buruk kronis dalam jangka waktu yang lama.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013, 37,2% anak Indonesia menderita stunting. Angka ini menurun menjadi 36,4% pada tahun 2016 berdasarkan data Global Nutrition Report. Sementara data terbaru dari WHO, Indonesia tarcatat 35,6% anak mengalami stunting. Dari angka tersebut, sebanyak 18,5% kategori sangat pendek dan 17,1% kategori pendek. Angka ini masih sangat jauh dari batas toleransi stunting yang ditetapkan WHO yakni 20%. Angka ini juga yang mengakibatkan Indonesia masuk dalam negara dengan status gizi buruk.


DAMPAK STUNTING


Stunting memiliki dampak yang sangat panjang jika tidak segera ditangani sejak dini. Dampak ini tak hanya dirasakan oleh anak itu sendiri melainkan juga akan berdampak pada kehidupannya, hingga menjadi beban besar pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bangsa.

Dampak Stunting Bagi Anak



Seorang anak yang mengalami stunting akan memiliki perkembangan otak yang lebih lambat dibanding anak yang tidak stunting. Hal ini akan mengakibatkan terhambatnya kecerdasan sehingga membuat si anak stunting lebih sulit untuk berprestasi. Karena gizi buruk yang dialaminya sejak lama dan kronis, akan berdampak juga pada perkembangan fisik dan metabolisme yang terganggu yang kemudian akan berakibat pada lemahnya sistem kekebalan tubuh dan membuat anak stunting lebih rentan terserang penyakit.




Dampak Stunting Saat Dewasa



Ketika anak stunting mulai dewasa, ia menjadi sangat rentan terhadap penyakit kronis seperti jantung, diabetes, kanker, dan peyakit tak menular lainnya. Karena anak stunting memiliki tubuh yang lebih kecil daripada anak normal, hal ini bisa meningkatkan resiko mengalami komplikasi pada saat akan melahirkan karena memiliki panggul yang lebih kecil. Selain itu, resiko melahirkan bayi dengan bobot lebih rendah (tidak normal) juga meningkat. Sementara untuk urusan karir, berdasarkan penelitian, anak stunting memiliki penghasilan 20 persen lebih rendah dibanding anak normal di usia produktif.



Dampak Stunting Bagi Sebuah Negara




Masa depan bangsa ada pada generasi muda. Kualitas sumber daya manusia juga akan menentukan kemajuan sebuah bangsa. Jika generasi muda saat ini banyak stunting, maka akan berdampak dengan menurunnya kualitas SDM negara ini 15 - 20 tahun mendatang. Padahal untuk memajukan bangsa, kita harus punya banyak SDM yang mampu bersaing di pasar global. Oleh karena itu, stunting ini merupakan masalah serius yang harus segera ditangani.Perkembangan bangsa menjadi terhambat jika masalah stunting tidak segera ditangani. Beban negara pun akan menjadi lebih berat karena perekonomian tersendat. Pakar ekonom juga mengatakan bahwa stunting dapat menurunkan PDB (Produk Domestik Bruto) sebuah negara hingga 3%.


Perbaikan gizi secara merata akan mengurangi angka gizi buruk dan hal itu akan berbanding lurus dengan berkurangnya angka stunting di Indonesia. Perekonomian juga akan lebih mudah berkembang.

PENYEBAB STUNTING



Stunting bisa diakibatkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil dan balita. Ketidaktahuan akan pentingnya mengenai gizi sebelum hamil hingga melahirkan juga menjadi salah satu penyebab stunting. Pengetahuan akan gizi bagi ibu dan balita ini sangat penting untuk mengurangi angka stunting di Indonesia.

Akses pelayanan kesehatan di Indonesia masih terbatas, terutama layanan kehamilan hingga layanan setelah melahirkan (postnatal). Apalagi untuk daerah yang berada daerah pelosok dan daerah tertinggal.

Sanitasi dan akses air bersih yang buruk menjadi salah satu ancaman karena dapat menyebabkan berbagai penyakit infeksi.

Yang harus diketahui semua orang, stunting tidak bisa ditangani lagi bila anak sudah berusia 2 tahun. Saat anak stunting sejak masih balita, maka ia akan mengalami masa pertumbuhan yang lambat hingga dewasa. Dengan kata lain, gangguan pertumbuhan ini tidak bisa dikembalikan seperti semula meskipun anak itu mendapat gizi yang baik saat dewasa. Stunting bisa menurun ke generasi berikutnya, ini disebut dengan siklus kekurangan gizi antargenerasi. Karena itulah mencegah stunting harus dilakukan sejak dini supaya angka stunting di Indonesia menjadi berkurang.

TANDA-TANDA STUNTING



Anak yang mengalami stunting memiliki beberapa ciri sejak bayi terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan. Ciri-ciri anak stunting ditandai dengan pertumbuhan yang sangat lambat dibanding bayi normal pada umumnya. Hal ini dikarenakan bayi mengalami gizi buruk kronis.

Bayi stunting bisa diketahui jika bayi sudah diukur tinggi badannya, kemudian dibandingkan dengan standar. Apabila hasilnya berada di bawah standar normal maka bayi ini terkena stunting. Namun untuk menentukan stunting atau tidak, tidak bisa dikira-kira saja. Menentukan stunting atau tidaknya, harus berdasarkan hasil pengukuran.

Tanda lain yang bisa dilihat juga dengan terlambatnya pertumbuhan gigi, dan proses pertumbuhan fisik lainnya. Saat memasuki usia 8-10 tahun, anak stunting menjadi lebih pendiam dan tidak banyak melakukan eye-contact (kontak mata) dengan orang lain di sekitarnya. Wajah yang terlihat lebih muda dari usianya juga salah satu ciri-ciri tunting yang kemudian diikuti masa-masa pubertas yang terlambat.

Di sekolah, anak stunting cenderung memiliki performa yang buruk pada saat tes atau ujian. Performa buruk ini juga terdapat pada memori belajarnya.

PENCEGAHAN STUNTING




Pencegahan stunting bisa dilakukan sejak awal-awal kehamilan sang ibu. Seorang ibu harus mengonsumsi makanan dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan selama hamil hingga masa-masa menyusui. Untuk ayah, pastikan selalu memperhatikan akan kesehatan sang istri dan anaknya.

Setelah bayi lahir, pastikan ia mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kelahiran. Kemudian saat sudah berusia 6 bulan sampai 2 tahun, beri juga makanan pendamping ASI yang mencukupi kebutuhan nutrisi bayi. Pemberian ASI sebaiknya tetap dilakukan hingga buah hati berusia 2 tahun.

Mencegah stunting juga hendaknya dimulai dari lingkungan dan pola hidup kita. Biasakan diri untuk mengonsumsi makanan sehat dan bergizi sesuai kebutuhan nutrisi harian. Tak hanya soal makanan, kita juga harus menjaga kebersihan diri dan sekitar untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Mencuci tangan di air mengalir, biasa hidup bersih, tidak buang air sembarangan akan menghasilkan lingkungan yang sehat dan bebas dari penyakit. Di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat, oleh karena itu biasakan juga berolahraga. Dengan olahraga, kita akan selalu memiliki tubuh yang bugar, segar, dan tidak loyo. Dengan sering berolahraga, kekebalan tubuh juga akan meningkat. Untuk tetap mengetahui kondisi tubuh, kita harus selalu memeriksa kesehatan secara berkala.

Pastikan juga anak mendapatkan imunisasi untuk menambah kekebalan dari penyakit berbahaya. Imunisasi ini terjamin keamanannya oleh pemerintah, jadi segerakan anak anda untuk diimunisasi. Lagipula imunisasi ini gratis.

KAMPANYE CEGAH STUNTING NASIONAL


dok: www.sehatnegeriku.kemkes.go.id


Berbagai upaya dilakukan pemerintah dengan terus menyerukan kampanye pencegahan stunting supaya angka stunting di Indonesia menurun. Salah satunya adalah Kampanye Nasional Pencegahan Stunting yang dilakukan di Monas pada Minggu (16/9).

Seruan 'Cegah Stunting itu Penting' dideklarasikan diawali dengan menyanyikan yel-yel cegah stunting, selanjutnya dilanjutkan dengan pembubuhan tanda telapak tangan oleh Moeldoko (Kepala Staf Kepresidenan), Nila Farid Moeloek (Menteri Kesehatan RI), Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta) bersama istrinya Fery Farhati Ganis selaku Ketua PKK Provinsi DKI Jakarta, Wahidin Halim (Gubernur Banten), Sri Paduka Paku Alam X (Wakil Gubernur DIY), Sigit Priohutomo (Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK), dan Kirana Pritasari (Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI).

Deklarasi ini dihadiri oleh ribuan ibu-ibu penggerak PKK dan PAUD di DKI Jakarta, kader Posyandu, ibu-ibu Bhayangkari, serta disaksikan juga oleh mahasiswa/i jurusan Poltekkes dan Universitas wilayah Jabodetabek.

dok: www.sehatnegeriku.kemkes.go.id


Dengan adanya deklarasi ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mencegah stunting sejak dini dan bahaya stunting. Dengan terus digencarkannya kampanye penceghan stunting diharapkan bisa menekan angka stunting dari angka 37,2% (data 2013) menjadi 28% di tahun 2019 mendatang.

Di saat yang sama, Ketua Tim Penggerak PKK DKI Jakarta, Fery Farhati Ganis juga menyerukan pesan bagi para ibu supaya selalu mengingat kata "BAGIMU" (Bahagiakan Anakmu), "Beri Gizi yang Cukup, dan "Stimulasi Indera Anak Kita".

Pemerintah dan masyarakat harus bersatu padu dalam menangani stunting di Indonesia.
Semoga dengan kesadaran masyarakat akan bahaya stunting bisa menjadi langkah awal untuk menurunkan angka stunting di Indonesia karena masa depan bangsa ada di tangan anak dan cucu kita. Mari kita bersama-sama ikut mengampanyekan tentang bahaya stunting dan cara pencegahan stunting. Menuju Indonesia Sehat untuk Kemajuan Bangsa!

1 komentar

  1. artikelnya sangat bermanfaat, tapi maaf kalau boleh tahu kenapa komentar untuk yuk, cegah stunting untuk masa depan bangsa yang lebih baik dihapus ya?

    BalasHapus

Posting Komentar

[ADS] Bottom Ads

Copyright © 2023

Adittp.com ~ Berisi Kegabutan