[ADS] Top Ads

6 Pendekar Camping Pertama Kali, A Place To Remember

Katanya 6 pendekar? Kok cuma 5? Satunya lagi jadi fotografer. 


Kenangan adalah sekumpulan air yang mengumpul dalam sebuah tempat yang tidak semestinya. Ok fix, itu genangan. Berbicara tentang kenangan, semua orang pasti punya itu. Sebuah kejadian atau peristiwa yang selalu menggenang di hati. Entah itu kenangan manis, maupun kenangan pahit sekalipun. Aku juga punya kenangan dong, aku kan juga manusia. 

Salah satunya adalah kenangan bersama teman masa kecil satu kampung. Kalau dulu bersama teman sekampung adalah adalah keseharian yang menyenangkan bisa bermain bersama, konyol bersama, berantem kemudian besoknya maaf-maafan. Namanya juga anak kecil. Dulu juga suka maksiat bersama, jangan ditiru lho ya! Iya, dulu kami sering mencuri buah di kebun tetangga. Musim mangga ya nyolong mangga, rambutan ya rambutan, timun ya timun. Kalau musim kawin, pengantennya yang kami curi, bercanda kok.




17 Agustus 2014
Jaman karang taruna masih lengkap.


Semua Sudah Berubah


Dahulu kami sering bermain bersama, namun semua berubah saat tanggung jawab harus kita laksanakan. Seiring berjalannya waktu, kami bukanlah anak kecil lagi. Jadi, jangan panggil aku anak kecil, Paman! Namaku Shiva! (maaf keceplosan). Bagaimanapun juga, kami semua sudah memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri dan keluarga. Lulus sekolah, ada yang bekerja di luar kota, ada yang di luar Jawa, sampai luar Indonesia. Ada juga yang kuliah di sana, ada yang buka usaha di desa.  Yaaaa, terserah dimana saja, itulah tujuan kita semua. Meskipun berbeda-beda, tapi kami tetap berasal dari tempat yang sama.

Ya meskipun sudah tidak bisa bersama namun kami masih bisa berkomunikasi. Di grup WhatsApp salah satunya. 

Grup WhatsApp para pendekar.


Sudah jarang sekali bisa 'nongkrong' bareng membuat setiap ada kesempatan menjadi lebih berarti. Seperti bulan Mei lalu, ketika yang di luar Jawa mendapat libur 2 minggu, yang di kota pulang kampung, yang kuliah sedang libur panjang. Momen langka ini tentu kami manfaatkan untuk melakukan sesuatu yang jarang dilakukan. Namun kami tidak lagi nyolong buah tetangga atau bermain petak umpet kok.

Hasil Musyawarah I


Kami berencana pergi ke tempat yang lumayan jauh dari kota asal kami, Kebumen. Awalnya kami akan pergi ke Teluk Penyu, Cilacap. Namun setelah dimusyawarahkan secara eksklusif di warung tempat kami biasa nongkrong, tujuan pun berganti. Berdasarkan hasil musyawarah, pergantian tujuan itu dilakukan karena tempat tinggal kami saja dekat pantai, masa pergi jauh-jauh mau lihat laut lagi. Jadi akhirnya kami ingin melakukan yang belum pernah kami lakukan, yaitu camping di Dieng.

Para pendekar mandi di pantai. Foto jadul, lupa tahun berapa.

Hasil Musyawarah II


Kawasan Dieng sendiri memiliki banyak tempat wisata menarik, jadi kami harus musyawarah lagi menentukan tujuannya. Atas dalih belum pernah ke Dieng, maka kami semua sepakat untuk pergi ke tempat yang medannya mudah dijangkau. Setelah browsing-browsing destinasi yang ada, kami akhirnya menemukan tempat untuk bermalam di sana. Yang pasti, tempat tujuan kami ini tidak berbahaya. Tidak akan ada ancaman beruang laut atau badak laut seperti di serial kartun Spongebob. Untuk ke tempat ini juga tidak diharuskan membawa kerang ajaib. "Puja kerang ajaib, ululululuuuu". Tujuan kami adalah Padang Savana Pangonan.
Padang Savana Pangonan merupakan sebuah bekas kawah aktif yang ada di Gunung Pangonan. 


Camping Perdana 6 Orang Pendekar


Salah satu rute yang kami lewati, sore hari dan berkabut. 


Kami menyiapkan segala keperluan untuk camping. Semuanya siap, kami berangkat pukul 15.00 dari Kebumen dengan bekal Google Maps sebagai penunjuk jalan. Sekitar 3 jam lebih perjalanan, akhirnya kami sampai di Pos pertama pendakian. Kami mengurus segala persyaratan mulai dari tiket sampai menitipkan sepeda motor. Sayangnya aku sudah tidak menyimpan tiket masuknya, padahal dulu aku simpan di atas lemari. Hawa dingin mulai menggerogoti tulang. Ya iyalah, namanya juga di dataran tinggi. Sebelum mulai mendaki, kami sholat Maghrib terlebih dulu di sebuah mushola dekat pos.

Ngopi, setelah sholat Maghrib

Selesai sholat, pendakian pun dimulai. Oh iya, sebelum mendaki bapak-bapak penjaga Pos memberi sedikit pesan supaya tidak merusak alam. Selain itu, beliau juga berpesan supaya tetap mengikuti jalan setapak yang ada. Kami ber-enam mulai melangkahkan kaki dengan mantap dan ingin segera sampai di savana mengingat keadaan mulai gelap. Hawa dingin khas dataran tinggi kami nikmati dengan seksama, namun perlahan dinginnya mulai membuat hidung meler. 

Petunjuk jalan menuju Padang Savana


Saat pendakian, kami hanya melihat pepohonan dan jalan setapak yang ada. Kami mendaki kemudian menuruni gunung itu dan sampailah kami di padang savana. Pendakian memerlukan waktu kurang lebih 20 menitan. Ternyata di padang savana ini cukup sepi. Dan kamilah yang pertama kali sampai di padang savana hari itu.

Pendekar mendirikan tenda (Diki dan Fajar)

Tenda langsung kami bangun untuk sedikit melindungi kami dari hawa dingin. Semakin malam, dinginnya semakin terasa sampai ubun-ubun. Begitu tenda terbangun, kami semua masuk ke tenda dan menata barang bawaan. Untuk sedikit menghilangkan dingin, kami membuat kopi. Si Diki yang sudah kedinginan langsung menyeruput kopi yang selesai dibuat. "Panas anjir! Kirain kalau di cuaca dingin kopinya juga cepat dingin". (Sudah diterjemahkan dari Bahasa Jawa Ngapak ke Indonesia). Dasar konyol, kopi mendidih langsung diminum ya panas lah. Semua tertawa melihat tingkah konyolnya. 


Setelah tenda jadi, Entah siapa yang moto, lupa (yang jelas fotonya blur)

Hangat Dalam Kedinginan


Di dalam kedinginan, kami bercanda tawa, membicarakan hal yang penting sampai hal yang sama sekali tidak penting sekalipun. Tetap saja ini adalah keseruan yang langka. Sembari menikmati bekal makanan, kami hangat dalam kebersamaan meskipun suhu disitu begitu dingin. Kami bercengkerama seakan makhluk yang tak punya dosa, saling mengejek satu sama lain sudah hal biasa kami lakukan. Sampai akhirnya perlahan satu per satu pendekar ini tepar karena lelah. Malam itu terasa begitu dingin, saking dinginnya, aku sampai memasukan kepalaku ke ransel.

Bangun Kesiangan, Sunrise jadi Wacana


Hawa dingin yang tidak biasa kami rasakan ini membuat kami malas bangun. Sebenarnya kami dibangunkan oleh nyanyian burung-burung di pepohonan akasia. Akhirnya setelah cukup lama bermalas-malasan satu per satu pendekar mulai menampakkan diri. Niat ingin mendaki lagi untuk melihat matahari terbit hanyalah sebuah wacana karena kegagalan kami melawan hawa dingin ini.

Suasana pagi, aku dan Suko


Karena terlanjur kesiangan, kami langsung membuat sarapan untuk mengganjal perut. Sarapan kami simpel, cuma mie rebus dan kopi. Sederhana memang, namun semua terasa lebih nikmat saat disantap bersama-sama. Begitu perut terganjal, kami berkeliling untuk menikmati suasana Padang Savana Pangonan.


Rencana bikin time-lapse matahari terbit gagal, jadi bikin time-lapse kabut dan angin berputar-putar. 

Abadikan Momen, Wajib!


"Sudah jauh-jauh ke tempat ini, masa nggak foto-foto.", ujar Rudi yang gemar difoto. Berbagai momen kami abadikan bersama dengan kamera ponsel masing-masing. Dan inilah beberapa foto yang bisa kami abadikan. 



Teman baru, sekalian minta makan.

Puas berfoto-foto dan menikmati suasana, kami memutuskan untuk pulang ke tempat kelahiran kami. Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Dua hari satu malam begitu singkat kami rasakan. Rasanya malas sekali mau pulang, di sini begitu nyaman, dinginnya itu lhoo! Bikin baper. 

Dalam perjalanan mendaki pulang inilah kami baru menyadari kalau tempat yang kami lewati ini bagus sekali. Ada berbagai tanaman bunga yang tidak kami ketahui namanya, yang pasti cantik sekali. Kami menyebutnya bunga di tepi jalan.



Perjalanan pulang.


Penjual Manisan Carica yang Manis


Sebelum pulang, kami membeli oleh-oleh khas Dieng, manisan carica di sekitar pos pendakian. Saat itulah aku melihat gadis yang membuat mataku terpesona sampai menggetarkan hati. Sepertinya gadis itu seumuran. Hahaha. Entahlah, sampai sekarang saja aku masih mengingat wajahnya. Inginku berkenalan, namun hati ini tak punya nyali. Akhirnya aku hanya membeli manisan carica ini, carica yang menggetarkan hati.

Semua Harus Kembali


Meninggalkan dinginnya Dieng semua kembali pada kesibukan masing-masing. Kebersamaan ini terasa singkat. Entah kapan bisa mengulangi ini. Namun semua memang harus begitu, berpisah dan tak bertemu, namun sekali bertemu kita menjadi satu. Di manapun tempat yang kamu tuju, sukseslah selalu.


Sahabat bukan orang yang setiap hari bertemu, tapi orang yang orang mengerti dan selalu mendukungmu.
Jarak takkan menghalangi, seorang sahabat akan selalu di hati.
Jaim bareng? Oh maaf, kita terbiasa gila bareng.

Ngumpul Lagi?


Harapan bisa bertemu dan melakukan hal bersama pasti ada. Dan suatu hari nanti pasti kami akan bertemu lagi, meskipun waktunya masih belum pasti. Rencana kemarin sebelum semua berpisah kembali ke kesibukan masing-masing sih ingin mengeksplor Dieng lagi. Suasana di sini enak, bikin baper, walaupun saat malam kami kedinginan. Rencananya mau cari yang ada telaganya terus bisa lihat sunrise juga, tapi tetap yang medannya mudah, soalnya kami masih belum ada pengalaman mendaki sama sekali. Satu lagi, kalau ke Dieng lagi, siapa tahu aku akan ketemu lagi dengan gadis manisan carica. Dan aku pastikan kalau aku sudah bernyali saat ke sini lagi. 

Yang pasti, suatu hari nanti, aku ingin bisa mengabadikan momen yang lebih banyak dengan kualitas foto yang bagus. Kalau bisa akan aku usahakan supaya hasil fotonya seperti jepretan fotografer pro. Bisa nggak ya? Bisalah, apa sih yang aku nggak bisa. Hehehe. Bukan sombong lho, optimis saja. 

Lagipula teknologi sudah semakin maju, untuk menghasilkan foto dengan kualitas bagus tidak harus menggunakan kamera DSLR atau mirrorless lagi. Dengan kamera smartphone saja sudah bisa menghasilkan hasil foto yang keren. Selain itu, menggunakan smartphone yang lengkap dari segi mana pun pasti akan lebih mudah saat dibawa-bawa untuk kegiatan outdoor seperti ini. Masuk kantong celana, baju, jaket bisa. Kalau bawa kamera pasti ribet. Tapi smartphone apa yang bisa menghasilkan foto bagus namun punya kualitas bagus dan fitur lengkap? Mmm. . .


Ah, Huawei Nova 3i kayaknya cocok nih. Smartphone dengan Quad AI Camera dan punya storage 128 GB. Mantap betul nih smartphone. Storage-nya saja besar, bisa buat mengabadikan lebih banyak momen nih. Sungguh inginku meminangmu secepatnya. Huawei Nova 3i ini juga punya performa yang responsif karena ditenagai dengan prosesor Huawei Kirin 710. Untuk gaming juga oke, karena ada fitur GPU Turbo dan Game AI yang bisa menghadirkan pengalaman seru untuk gaming. Yang lebih mantap, harganya cuma Rp. 4.199.000,- saja, smartphone termurah di kelasnya dengan storage 128GB. Inilah kelebihan dan spesifikasi Huawei Nova 3i:





Huawei Nova 3i memiliki bodi dengan tampilan premium, menggunakan bahan kaca dan bingkai metal di sekeliling bodi. Tersedia dalam dua varian warna yakni Black dan Irish Purple yang membuat smartphone ini semakin eye-catching.



Memiliki 4 lensa kamera, 2 lensa kamera depan dan 2 lensa kamera belakang. Kamera depan memiliki resolusi 24 MP + 2 MP dilengkapi AI Selfie Master untuk menghaslkan foto yang alami. Kamera belakangnya beresolusi 16 MP + 2 MP diperkuat dengan algoritma AI dengan pengetahuan >100 juta gambar, mengingat 22 kategori dan >500 momen.



Performa Huawei Nova 3i begitu responsif karena dipersenjatai dengan prosesor Kirin 710 berteknologi 12 nm. Untuk keperluan gaming, ponsel ini punya Game AI yang dipadukan dengan GPU Turbo sehingga mampu memberikan pengalaman mengesankan untuk bermain game.



Dengan kapasitas RAM 4 GB, membuat smartphone ini bisa dijadikan teman untuk melakukan berbagai aktivitas. Belum lagi storage internalnya yang memiliki kapasitas jumbo, 128 GB. Dengan kapasitas sebesar ini, rasanya sudah tak perlu lagi yang namanya microSD. Namun jika kamu masih ingin mengekspansi memorinya, tenang saja, karena Nova 3i ini menyediakan slot microSD.






Layar




Bodi




Jaringan

OS
User Interface

Kamera


CPU

RAM
Storage


Konektivitas







Baterai


Fitur-fitur




Harga
6,3 inci
16,7 juta warna
FHD+ 2340 x 1080
409 PPI

Panjang: 75,2 mm
Tinggi: 157,6 mm
Lebar: 7,6 mm
Berat: 169 gr

2G, 3G, 4G LTE

Android 8.1 Oreo
EMUI 8.2

Belakang: 16+2 MP
Depan: 24+2 MP

Huawei Kirin 710

4 GB
128 GB
(tersedia slot microSD)

WiFi
Bluetooth 4.2
USB 2.0
3,5 mm jack audio
PC data sync
GPS
Huawei Geo 1.5

3340 mAh
5V/2A charger

Game AI
GPU Turbo
AI Shopping
AI Selfie Master

Rp. 4.199.000,-


Tulisan ini diikut sertakan dalam giveaway di blog nurulnoe.com

3 komentar

  1. pendekar apa nih? pendekar singlelilah? hahaha

    semoga nanti bisa ke sana lagi. jangan sampai kelewatan sunrisenya. abadikan juga nanti pakai huawei, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bisa mba, soalnya jomblo semua wkwk. Aamiin ya Allah, Aamiin.

      Hapus

Posting Komentar

[ADS] Bottom Ads

Copyright © 2023

Adittp.com ~ Berisi Kegabutan