Tidak ada klub yang bisa mengalahkan Manchester United di Eropa, meskipun hanya main di kasta kedua. Ya gapapa, sombong dulu aja—soalnya itu fakta! Sayangnya, dalam liga domestiknya, Manchester United seperti tim pelengkap saja. Masa iya, dari sekian banyaknya laga, lebih banyak kalahnya. Ampun deh! Tapi gapapa. Setidaknya, masih ada hal yang bisa diharapkan oleh MU musim ini yaitu membawa pulang piala di Liga Eropa.

Tak Terkalahkan di Liga Eropa!

Sejak Liga Eropa bergulir, tim ini belum pernah sekalipun kalah. Bahkan, bisa dibilang penampilan MU konsisten di Liga Eropa. Di fase liga, mereka bertengger di posisi ketiga klasemen dengan mengemas 5 kemenangan dan 3 imbang.

Performa apik ini kemudian berlanjut ke babak selanjutnya. Di babak gugur, Manchester United selalu tampil gemilang dengan mengalahkan Real Sociedad dengan skor agregat 5-2. Kemudian pertandingan penuh plot twist dengan mengalahkan Lyon dengan skor agregat 7-6.

Melawan Lyon menjadi pertandingan paling menegangkan terutama di leg kedua. Di mana MU sudah menang 2-0 di babak pertama, kemudian berhasil disamakan menjadi 2-2 di babak kedua. Di babak ekstra pertama, Lyon membalikkan keadaan menjadi 2-3 dan 2-4 di separuh babak ekstra kedua. Namun akhirnya, MU bisa mencetak 3 gol spektakuler di sisa waktu tersisa menjadikan skor akhir 5-4 (agregat 7-6).

Di semifinal, hadangan Athletic Bilbao itu sepele. Di kandang sendiri, Bilbao tampil buruk dan kalah dengan skor 0-3. Leg kedua, pembantaian berlanjut dengan skor 4-1 untuk kemenangan Manchester United (agregat 7-1). Sebuah pertandingan manis untuk MU di untuk menuju final sekaligus ironi bagi Bilbao karena laga final akan digelar di Stadion San Mamés, kandang Bilbao.

Sepak terjang MU di Liga Eropa musim ini sangat bagus. Pertandingan yang digelar tiap malam Jumat itu membuat penggemarnya berseri-seri keesokan harinya.

Bapuk di Inggris, Nyata!

Sayangnya, keperkasaan MU di Liga Eropa berbanding terbalik dengan performanya di kompetisi domestik baik liga maupun piala. Di ajang Carabao Cup, MU hanya mentok sampai babak perempat final setelah dikalahkan Tottenham Hotspurs dengan skor 4-3 di kandang mereka.

Di piala FA pun sama. Lebih parah, status MU yang sebagai juara bertahan cuma sebatas sampai di putaran ke-5 setelah disingkirkan Fulham lewat adu penalti. Bernd Leno menjadi sosok utama yang menghentikan langkah MU setelah berhasil menggagalkan dua tendangan penalti pemain MU. Apa boleh buat?

Dalam kompetisi Liga Inggris, nggak usah ditanya. Bosok Bos! Sudah bukan menjadi rahasia lagi kalau MU memang sangat struggle di liga. Bukan struggle untuk juara, tapi lebih ke meraih kemenangan. Jangankan mikir juara, untuk menang saja mereka kesulitan.

Ada banyak masalah yang membelit Manchester United sehingga mereka kesulitan di liga mulai dari manajemen yang bermasalah, baik masalah keuangan dan struktur teknis di balik layar yang labil. Warisan pemain nyleneh dan pembelian pemain ‘aneh’ juga menjadi faktor melempemnya MU musim ini. Pemain yang direkrut seringkali bisa dibilang overprice dan tidak sesuai kebutuhan tim.

Komposisi pemain yang begini adanya ini saja sudah sulit. Masih ditambah dengan perubahan transisi taktik dari Erik ten Hag ke Ruben Amorim ini membuat tim belum memiliki taktik dan identitas permainan yang pas. Belum ditambah dengan faktor cedera pemain. Makin hancurlah permainan MU.

Tidak hanya faktor kondisi tim, ekspektasi media dan fans juga memberikan tekanan yang cukup besar. Apalagi Manchester United bukanlah klub kecil, meskipun sekarang mungkin sedang bertransformasi menjadi klub kecil. Awokawok!

Dari 37 laga yang sudah dilakoni di liga, MU hanya mencatat 10 kemenangan, 9 imbang, dan 18 kali kekalahan. Dengan hasil tersebut, United kini bertengger di posisi 16 klasemen. Tim apalah ini? Menyedihkan sekali.

Roy Keane: “Memalukan”, Tapi Apa Boleh Buat?

Legenda sekaligus mantan kapten Manchester United, Roy Keane, mengatakan bahwa performa Manchester United musim ini “memalukan” meskipun berhasil lolos ke final Liga Eropa. Ruben Amorim selaku pelatih pun mengakuinya. Pelatih muda satu ini memang seringkali menyadari kekurangan dan performa timnya yang buruk.

Setelah menang telak melawan Bilbao, MU memang belum menang lagi dalam pertandingan di Liga Inggris. Amorim mengatakan kalau saat ini ia hanya memprioritaskan final Liga Eropa dan tidak punya pilihan lain.

Final Liga Eropa: Laga Pembuktian Setan Merah

Ruben Amorim yang mengatakan akan berfokus pada final laga ini menjadikan laga ini sebagai pembuktian Manchester United di tengah performa buruknya. Piala Liga Eropa adalah satu-satunya ajang yang masih bisa diperebutkan oleh MU.

Namun, tantangan besar bagi MU karena yang harus dihadapi adalah Tottenham Hotspurs yang bernasib tidak lebih baik dari MU. Kedua tim ini akan memperebutkan satu piala sekaligus satu-satunya tiket untuk bisa tampil di Liga Champions. Kedua tim ini akan menjadikan laga final 22 Mei mendatang sebagai laga hidup dan mati.

Nasib kedua tim ini nyaris sama. Sama-sama moncer di Liga Eropa namun flop di Liga Inggris. Keduanya juga sama-sama hanya meraih satu imbang dan 4 kekalahan dalam 5 laga terakhir. Heran, dua tim ini kok ogah banget menang. Kenapa sih? Keadaan ini membuat kedua tim ini hanya berselisih 1 poin di mana MU berada di posisi ke-16 dan Spurs tepat di bawahnya.

Dari pertemuan Tottenham Hotspurs melawan Manchester United musim ini, Tottenham punya rekor semua dengan menyapu bersih dengan 3 kemenangan. Pertemuan pertama dalam lanjutan Liga Inggris, Tottenham berhasil menghajar MU dengan skor telak 0-3 di Old Trafford. Pertemuan kedua, Tottenham menang lagi dalam perempat final Carabao Cup dengan skor 4-3. Terakhir, adalah pertemuan kedua di Liga Inggris pada 16 Februari 2025 lalu di kandang, Spurs dan berhasil menang dengan skor 1-0.

Pertemuan kedua tim ini dalam final Liga Eropa akan menjadi pertemuan yang sengit. Tottenham yang meraih hasil sempurna seharusnya punya rasa percaya diri karena dalam tren positif menghadapi MU. Sedangkan MU, maka akan menjadikan pertemuan sebelumnya sebagai pelajaran dan harus melakukan evaluasi.

Paradoks Manchester United

Manchester United yang moncer di Liga Eropa berbanding terbalik dengan performa di kompetisi domestik. Jadi, apakah dengan mengangkat trofi Liga Eropa bisa menutupi kenyataan pahit di Liga Inggris? Yaaaaaaaaa, setidaknya bisa jadi hiburan sekaligus motivasi musim depan untuk memperbaiki tim. Kalau menang kan otomatis lolos Liga Champions!

Inkonsistensi Manchester United menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi Amorim beserta jajarannya. Tidak lupa, manajemen MU juga harus diperbaiki untuk bisa bersaing kembali. Dulu menjadi tim yang disegani, kok sekarang malah jadi badut kompetisi.